Rabu, 30 November 2011

MEMBANGUN PROFESIONALISME GURU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN










Pembicara dalam seminar yang bertema membangun profesionalisme guru sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan (antara harapan dan tantangan) adalah Prof. Ravik Karsidi (guru besar sosiologi pendidikan UNS solo) dan Drs. Haryono M.Psi (Guru Besar FIP UNNES). Yang disampaikan dalam seminar nasional yang diselenggarakan oleh HIMA Sosiologi dan antropologi FIS UNNES, 22 juni 2010. Mediator dalam seminar tersebut dibawakan oleh moh. Yasir Alihi.  
ISI
1.     Prov. DR. H. Ravik Karsidi, M.S  (Guru Besar Sosiologi Pendidikan UNS Solo)
Berbicara bahwa kualitas guru sangat berpengaruh pada anak didiknya, pada dasarnya guru adalah panutan bagi anak didiknya dalam , kata “guru” yang dalam bahasa Jawa menurut kerata basa atau jarwa dhosok merupakan kependekan dari digugu lan ditiru (dianut dan dicontoh). Bertolak dari kerata basa itu, maka guru merupakan pribadi dan profesi yang dihormati dalam masyarakat Jawa tradisional. Ada juga pribahasa mengatakan “guru kencing berdiri. Murid kencing berlari” yang berarti jika guru itu memberi contoh yang baik pasti peserta didiknya juga berperilaku baik. Tapi sebaliknya jika sang guru berperilaku tidak baik pasti si peserta didik juga akan bertingkah laku yang lebih parah pula. Mungkin hal tersebut juga dapat disebabkan oleh pengaruh media yang isinya telah mengglobal dengan berbagai macam informasi yang diinginkan dan mudah didapat pula dengan bebas.
Profesi guru merupakan bidang usaha yang berdasarkan pengetahuan, dimana keahlian dan pengalamannya diperlukan oleh masyarakat.  Hal tersebut meliputi aspek     :
Ø   ILmu Pengetahuan Tertentu
pengajar dituntut harus mempunyai pengalaman atau keahlian khusus dalam mengajar suatu bidang mata pelajaran, maksudnya adalah pengajar harus mengajar sesuai dengan bidang yang dikuasainya dengan matang, dengan penguasaan yang matang dan diimbangi dengan pengalaman dan pengetahuan yang luas maka akan terjadi keharmonisan dalam menyampaikan mata pelajaran yang diampunya.
Ø   Aplikasi kemampuan/Kecakapan
Pengajar dituntut mempunyai kemempuan dalam menyampaikan materi kepada peserta didik dan pengajar harus mampu menjawab pertanyaan peserta didik dan menjelaskannya dengan baik sehingga peserta didik paham terhadap materi yang disampaikan
Ø   Berkaitan dengan Kepentingan Umum
Pengajar harus bisa mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga dapat membantu kebutuhan kepentingan umum yang bersangkutan dengan pendidikan atau bidang yang dikuasainya.
Sebagian besar orang tua zaman dulu menjadikan profesi guru sebagi idaman bagi anak-anaknya, karena posisi itu memiliki nilai lebih di mata masyarakat. Ini tercermin misalnya, pada kebanyakan orang Jawa, sebutan mas atau pak guru masa itu merupakan sebutan yang sangat istimewa sekaligus sebutan yang mengandung makna penghormatan. Bahkan, sejak jaman penjajahan atau awal kemerdekan, profesi guru disanjung-sanjung. Guru memiliki strata social yang begitu menjulan gsehingga mencucuk atap langit. Apalagi di desa-desa, sosok guru bias dikatakan setara dengan kaum priayi, penuh wibawa dan cukup disegani. Tidak mengherankan kalau waktu itu setiap orng tua menginginkan anak-anaknyamenjadi guru. Namun hal itu berbeda sekali dibandingakn dengan posisi guru zaman sekarang.
Belakangan ini, profesi guru dipandang sebagai pelabuhan terakhir dari para lulusan sekolah guru yang serba pas-pasan. Bahkan banyak orang tua yang ogah mendorong anaknya untuk menjadi guru. Selain gajinya yang minim, wajh profesi ini sering kali tercoreng oleh sebagian oknum guru. Sebagi contoh, ada guru yang memperkosa siswanya sendiri, menganiaya anak didik, pilih kasih, tidak adil, dan masih banyak kasus yang ‘memilukan’ lainnya. Belum lagi profesionalisme guru di Indonesia umumnya tidak tampak. Seperti disinggung mantan Mendiknas Wardiman Djoyonegoro ketika diwawancarai sebah stasiuntelevisi, beberapa waktu lalu, bahwa sebagian besar guru (57%) tidak atau belum memenuhi syarat, tidak kompeten, dan tidak professional.Keruan saja kualitas pendidikan kita jauh dari harapan dan kebutuhan. Persoalannya, banyak guru sekarang yasng malas untuk mempelajasi semua hal yang berkaitan dengan bidangnya masing-masing, dan ini berdampak pada kemandekan kreativitas dan mutu dalam pembelajaran. Buntutnya, pendidikan kita kurang berpengaruh langsung pada kehidupan pribadi dan watak pesrta didik. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita saksikan (baik melalui media cetak maupun elektronik) berbagai kejahatan yang dilakukan anak-anak yang masih berusia belasan than. Diantara mereka telah menjadi generasi muda yang kerdil, mengambang, banyak omong tapi otaknya ompong, tahunya Cuma obat-obatan telarang, yang kreativitsnya hanya melulu di dunia hiburan. Memang, kondisi lingkungan sekitar selama ini kurang kondusif bagi dunia pendidikan. Lihat saja, krisis keteladanan, moral, dan spiritual kian merebak dimana-mana. Tontonan acara-acara televise yang menyesatkan dan tidak sesuai dengan usia anak-anak semakin memperburuk wajah pendidikan kita.. Menhadapi keadaan demikian, upaya peningkatan profesionalisme guru dalam dunia pendidikan merupakan langkah awal yang tidak bias ditawar. Hal itu mengingat peran guru daharapkan bias menciptakan pendidikan yang membebaskan masyarakat dari keterpurukan, kemiskinan, dan berbagi krisis yang tengah melanda seluruh elemen bangsa ini.
Peran Guru Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan
Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi ganda, sebagai pengajar dan pendidik, maka guru secara otomatis mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mencapai kemajuan pendidikan. Secara teoritis dalam peningkatan mutu pendidikan guru memilki peran antara lain :
(a) sebagai salah satu komponen sentral dalam sistem pendidikan,
(b) sebagai tenaga pengajar sekaligus pendidik dalam suatu instansi pendidikan (sekolah maupun kelas bimbingan),
(c) penentu mutu hasil pendidikan dengn mencetak peseta didik yang benar-benar menjadi manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman danbertaqwa kepada Tuhan YME, percaya diri, disiplin, dan bertnggung jawab,
(d) sebagai factor kunci, mengandung arti bahwa semua kebijakan, rencana inovasi, dan gagasan pendidikan yang ditetapkan untuk mewujudkan perubahan system pendidikan, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan,
(e) sebagai pendukung serta pembimbing peserta didik sebagai generasi yang akan meneruskan estafet pejuang bangsa untuk mengisi kemerdekaan dalam kancah pembangunan nasional serta dalam penyesuaian perkembangaanjaman dan teknologi yang semakin spektakuler,
(f) sebagai pelayan kemanusiaan di lingkungan masyarakat,
(g) sebagai pemonitor praktek profesi.
Yang menjadi pertanyaan sekarang ini adalah Benarkah guru sebagai penentu keberhasilan pendidikan Indonesia?. Mencermati dan memperhatikan Pendidikan di Indonesia, timbullah suatu permasalahan yang menjadi permasalahan nasional, terutama menyangkut masalah standar kelulusan siswa baik yang masuk SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi dan lain-lain. Kelulusan siswa tidak ditentukan oleh guru yang memantau dan mendidik serta membimbing dan membina anak didik selama 3 tahun dalam proses belajar dan mengajar, tetapi cukup ditentukan dengan hasil UN selama 2 jam yang sudah ditentukan standar nilai minimumnya. Suatu hal yang tidak logis untuk menilai seseorang mampu dan tidak mampu hanya dari satu aspek saja yaitu aspek kognitif, sedangkan intelektual yang bermoral merupakan proses yang diamati dan dinilai oleh orang yang membmbing, orang yang membina di sini peran guru dikebirikan. Beberapa kasus terjadi, ada seorang siswa yang sering menjuarai berbagai olimpiade sampai tingkat Nasional, berperilaku baik dan santun namun pada saat kelulusan ia dinyatakan tidak lulus. Di sisi lain ada seorang siswa yang kurang baik dalam berperilaku, sering bolos dan tidak sopan, namun ia mendaat nilai tertinggi saat kelulusan. Sungguh ketidak adilan dalam hal ini sangat menonjol. Di sinilah permasalahan pendidikan di Indonesia yang memunculkan suatu pertanyaan terhadap kelulusan siswa yang hanya ditentukan oleh 3 materi Ujian Nasional, sedangkan materi lain dan keaktifan serta intelektual siswa lainnya yang menyangkut aspek afekti dan psikomotorik siswa tidak dinilai. Jadi peran guru sebagai pengajar sekaligus pendidik disini kurang menentukan hasil pendidikan jika tolok ukurnya masih demikian. “Guru kencing berdiri murid kencing berlari”. Pepatah ini dapat memberi kita pemahaman bahwa betapa besarnya peran guru dalam dunia pendidikan pada saat masyarakat mulai menggugat kualitas pendidikan yang dijalankan di Indonesia maka akan banyak hal terkait yang harus dibenahi. Masalah sarana dan prasarana pendidikan, sisitem pendidikan, kurikulum, kualitas tenaga pengajar (guru dan dosen), dll. Secara umum guru merupakan factor penentu tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan professional, factor kesejahteraan, dll.
Tugas Guru
            Guru atau pun dikenali juga sebagai “pengajar”, “pendidik”, dan “pengasuh” merupakan tenaga pengajar dalam institusi pendidikan seperti sekolah maupun tiusyen (kelas bimbinangan) yang tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Guru sebagai pengajar Ialah orang yang memiliki kemampuan pedagogi sehingga mampu mengutarakan apa yang ia ketahui kepada peserta didik sehingga menjadikan kefahaman bagi peserta didik tentang materi yang ia ajarkan kepada peserta didik. Seorang pengajar akan lebih mudah mentransfer materi yang ia ajarkan kepada peserta didik, jika guru tersebut benar menguasai materi dan memiliki ilmu atau teknik mengajar yang baik dan sesuai dengan karakteristik pengajar yang professional. Sebagai contoh pengajar yang kompeten sehingga berhasil mencetak siswa-siswa yang pandai dan menguasai materi adalah Yohanes Surya. Proses pembelajaran (learning proses) yang dilakukannya dalam membimbing tim olimpiade fisika menuju keberhasilan di tingkat internasional bias dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran bagi guru-guru lainnya. Tidak tanggung-tanggung, mesti para siswa itu hanya berpendidikan SMA dan satu diantaranya berpendidikan SMP, ilmu yang dipelajari selama masa bimbingan dalam beberapa aspek setara dengan pengetahuan pascasarjana. Sehingga dengan kefahaman dan kesiapan yang matang, para siswa tidak canggung dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan dalam kompetisi olimpade
Hak Guru
Guru berhak mendapatkan penghasilan yang layak yaitu berupa : gaji pokok ,tunjangan profesi guru,tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan fungsional, dan tunjangan khusus.
Dengan penjelasan bahwa tunjangan profesi setara dengan satu kali gaji pokok guru negeri pada tingkatan, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Begitu pula dengan tunjangan khusus setara dengan satu kali gaji pokok guru negeri pada tingkatan, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.
Selama guru belum mendapat sertifikat profesi, guru tersebut berhak mendapatkan peningkatan kesejahteraan melalui perbaikan tunjangan fungsional.
2.                 Prov. DR. Hariyono, M.Psi (Guru Besar FIP UNNES)
Bagaimanakah Guru yang Profesional itu ?
Saat ini dunia pendidikan nasional Indonesia berada dalam situasi “kritis” baik dilihat dari sudut internal kepentingan pembangunan bangsa, maupun secara eksternal dalam kaitan dengan kompetisi antar bangsa. Fakta menunjukkan bahwa, kualitas pendidikan nasional masih rendah dan jauh ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain. Berbagai kritikan tajam yang berasal dari berbagai sudut pandang terus ditujukan kepada dunia pendidikan nasional dengan berbagai alasan dan kepentingan.
Bahkan ada beberapa pihak yang menuding bahwa krisis nasional sekarang ini bersumber dari pendidikan dan lebih jauh ditudingkan sebagai kesalahan guru. Benarkah ada unsur “salah” pada guru? Mungkin “ya” dan mungkin “tidak” tergantung dari sudut mana memandang dan menilainya. Namun yang pasti ialah bahwa kondisi guru saat ini bersumber dari pola-pola bangsa ini memperlakukan guru. Meskipun diakui guru sebagai unsur penting dalam pembangunan bangsa, namun secara ironis guru belum memperoleh penghargaan yang wajar sesuai dengan martabat serta hak-hak azasinya.
Hal itu tercermin dari belum adanya jaminan kepastian dan perlindungan bagi para guru dalam pelaksanaan tugas dan perolehan hak-haknya sebagai pribadi, tenaga kependidikan, dan warga negara.
Siapapun mulai dari Presiden, wakil rakyat, para penabat, dan semua warga masyarakat sangat setuju bahwa kualitas pendidikan kita harus dirtingkatkan untuk mengejar ketertinggalannya di dalam tantangan golal. Namun bagaimana upaya itu haruis dilakukan secara sistemik agar dapat terwujud dengan baik. Tulisan ini akan mengemukakan satu pandangan bahwa upaya mencapai pendidikan berkualitas harus dimulai dengan guru yang berkualitas. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan tanpa memperhitungkan guru secara nyata, hanya akan menghasilkan satu fatamorgana atau sesuatu yang semu dan tipuan belaka.
Sehubungan dengan itu bahasan berikut akan menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan makna kualitas pendidikan, posisi guru dalam pendidikan, masalah dan kendala, sertra upaya membanguin pendidikan guru yang ideal. Bahasannya baru merupakan pikiran awal yang masih harus dikaji dan dikembangkan lebih lanjut berdasarkan kajian sumber-sumber empiris dari berbagai penelitian dan pengalaman nyata baik dalam maupun luar negeri. Dalam ketidak sempurnaan ini ibarat setitik air di tengah samudra luas namun semoga memberi manfaat dan sumbangsih bagi kaum guru dan  dunia pendidikan pada umumnya

Pengaruh dan Manfaat Bagi Dunia Pendidikan
Peningkatan mutu pendidikan sangat penting untuk mencetak generasi bangsa yang cerdas ,bermutu ,dan bermanfaat bagi bangsa. Maka dari itu untuk mencetak peserta didik yang berkualitas maka terlebih dahulu perbaiki dahulu kualitas tenaga pendidiknya, karena tenaga pendidik berpengaruh langsung terhadap tingkat kualitas peserta didik. Sehingga dengan meningkatnya kulitas peserta didik yang bagus maka prestasi pendidikan khususnya di Indonesia akan meningkat pula.















Daftar Pustaka

1.     Buku materi seminar nasional
2.     www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages

Advertisement (468 x 60px )