1. Nilai social: Kumpulan sikap, perasaan, atau anggapan manusia mengenai suatu hal yang menyangkut baik dan buruk, benar atau salah, patut atau tidak patut, mulia atau hina, dan penting atau tidak penting.
2. Nilai social menurut C. Klukhon dari “Hakikat Hidup Manusia” ada 5, yaitu:
a. Nilai hakikat hidup manusia, contohnya adalah ada yang beranggapan bahwa hidup itu indah.
b. Nilai hakikat karya manusia, contohnya: ada yang beranggapan bahwa karya seseorang itu untuk harga dirinya.
c. Nilai hakikat manusia dengan ruang dan waktu. Contohnya: Ada yang mementingkan masa lalu dan masa depan.
d. Nilai hakikat manusia dengan alam.
e. Nilai hakikat manusia dengan sesamanya. Contohnya: ada yang individualisme.
3. Pengertian lain nilai social: Sikap atau anggapan yang dijadikan dasar oleh masyarakat untuk menilai sesuatu berdasarkan benar dan pentingnya.
4. Pengertian nilai social menurut para ahli:
a. Kimball Young: Suatu aspek abstrak yang terkadang tidak disadari oleh manusia mengenai yang sesuatu yang benar dan yang tidak benar.
b. A. W. Green: Kesadaran yang relatif yang diiringi dengan munculnya emosi atau perasaan individu.
c. Woods: Sesuatu yang ada sejak lama, yang dijadikan tujuan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
d. Prof. Soejono Soekanto: Suatu konsep abstrak mengenai apa yang dianggap baik dan buruk, serta dianut oleh kelompok masyarakat.
e. B. Simanjuntak: Ide-ide baik dari masyarakat.
f. Robert M. Z. Lawang: Sesuatu yang diinginkan, pantas, dan dapat mengubah perilaku social bagi yang memilikinya.
5. Nilai social menurut Prof. Notonegoro:
a. Nilai material: Nilai yang berhubungan dengan jasmani. Contoh: Sandang, pangan, dan papan.
b. Nilai vital: Sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk melakukan aktivitasnya. Contohnya: Cangkul untuk petani.
c. Nilai kerohanian: Untuk jiwa manusia, terdiri dari:
i. Nilai kebenaran: Berdasarkan akal manusia (cipta)
ii. Nilai keindahan: Berdasarkan perasaan manusia (rasa).
iii. Nilai moral: Berdasarkan kehendak manusia (karsa).
iv. Nilai religius: Berasal dari Wahyu Tuhan. Macam-macam agama:
1. Islam, kitab suci Al-Qur’an, tempat ibadahnya Masjid, dan lambangnya Bulan Bintang.
2. Kristen, kitab Injil, tempat ibadahnya gereja, dan lambangnya salib.
3. Buddha, Kitab Tripitaka, tempat ibadahnya vihara, daan lambangnya stupa.
4. Hindu, Kitab Weda (Yajur Weda, Samha Weda, Attarva Weda, dan Reg Weda), tempat ibadahnya pura, dan lambangnya swastika.
6. Beberapa cirri nilai social menurut Huky:
a. Merupakan konstruksi masyarakat yang terciptadari interaksi social.
b. Dapat ditularkan dari kelompok/ individu yang satu ke kelompok/individu yang lain.
c. Didapatkan, diperoleh, dan dimiliki setelah mengalami proses social (sosialisasi anak-anak).
d. Dapat memuaskan dan berperan dalam pemenuhan kebutuhan social.
e. Merupakan aspek-aspek abstrak yang memiliki consensus social terhadap harga.
f. Memiliki keterkaitan dan membentuk suatu pola dan system social.
g. Sistem social berbeda2 antar kebudayaan yang satu dengan lainnya.
h. Nilai social memberikan pilihan.
i. Memberikan pengaruh.
j. Dapat diikuti emosi atau perasaan individu.
7. Beberapa fungsi nilai social menurut Dr. Soeprapto:
a. Pendorong (contohnya cita-cita).
b. Penuntun masyarakat menuju nilainya.
c. Menekan agar masyarakat dapat mencapai nilai tersebut.
d. Alat solidaritas kelompok.
e. Menjaga stabilitas kelompok.
8. Jenis-jenis nilai social:
a. Nilai dominan: Dianggap penting dibandingan nilai lainnya, berdasarkan:
i. Banyaknya orang. Contohnya: Reformasi didukung rakyat.
ii. Lama dianut. Contohnya: Tradisi sekatenan dari dulu sampai sekarang masih dilaksanakan.
iii. Usaha orang menggapainya. Contohnya: Usaha agar dapat Naik Haji atau perjuangan dalam meraih kemenangan.
iv. Prestise atau kebanggan yang memiliki. Contoh: Gelar sarjana, mobil mewah, dan lain2.
b. Nilai mendarah daging: Sudah menjadi kebiasaan dan dilakukan tanpa berpikir. Contohnya: Kepala keluarga bertanggung jawab, bersalam pamit dengan orangtua ketika mau sekolah, dll.
9. Nilai social materi dan immateri:
a. Nilai material: Yang dapat kita raba, lihat, dan dengar. Seperti: Rumah, pakaian, dll.
b. Nilai immaterial: Berasal dari pemikiran, ide, hati, dan sebagainya. Contohnya: Gagasan, ideology, peraturan-peraturan.
10. Norma social: Aturan-aturan pada masyarakat yang menekan masyarakat untuk mencapai nilai social tertentu dan memiliki sanksi yang jelas.
11. Norma social:
a. Norma formal: tertulis atau dibentuk oleh lembaga berwenang, contohnya adalah hokum.
b. Norma Informal: Tidak tertulis dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam masyarakat.
12. Norma social berdasarkan tingkatan sanksinya:
a. Norma tata cara (usage): Norma ringan yang apabila dilanggar hanya dicatat atau diingatkan. Misalnya aturan memegang sendok.
b. Norma kebiasaan (folkways): Kebiasaan yang dilakukan di kalangan masryarakat. Sanksinya mendapat gunjingan. Contoh: Mengucapkan salam, membungkuk ketika berhadapan, dll.
c. Norma kelakuan (Mores): Yang sesuai dengan kaidah, agama, filsafat, dan peraturan yang berlaku. Sanksi dapat hukuman penjara. Contoh: Mencuri, dll.
d. Norma adat istiadat (Customs): Sesuai dengan adat pada masyarakat tertentu, apabila dilanggar dikucilkan atau diusir pada kalangan masyarakat tersebut.
e. Norma Hukum: Berdasarkan pada peraturan yang ada. Hukum adalah peraturan yang ditujukan kepada masyarakat yang berisi mengenai aturan-aturan, perintah-perintah, dan larangan-larangan agar tercipta ketertiban dan keadilan.
13. Norma social berdasarkan sumbernya:
a. Norma Agama: Dari Tuhan.
b. Norma Kesusilaan: Kegiatan kemanusiaan dari hati sanubari manusia. Contoh: Keinginan membersihkan kamar yang kotor, keinginan belajar tanpa disuruh, dll.
c. Norma Kesopanan: Norma yang dibentuk dari tingkah laku masyarakat. Contohnya: Mengetuk pintu ketika masuk rumah, bertegur sapa, dll.
d. Norma Kebiasaan: Norma yang aneh jika kita tinggalkan, karena telah menjadi kebiasaan bagi kita. Contoh: Acara syukuran.
e. Norma Hukum: Norma yang mengatur dan memiliki sanksi yang dibuat oleh pihak yang berwajib untuk memberikan hak perlindungan hukum.
14. Sosiologi berasal dari bahasa latin, yaitu socius yang artinya adalah kawan dan logos dari bahasa Yunani yang artinya kata atau berbicara, atau dapat diartikan pula ilmu. Maka socius logos adalah ilmu kawan, dan dalam lebih lanjut diterjemahkan ke bahasa Inggris menjadi Social dan Logy yaitu Ilmu yang mempelajari manusia dalam bermasyarakat.
15. Sosiologi mempelajari tentang peranan social individu, cara kerja kelompok social, dan pengaruh kelompok social kepada individu dan kelompok.
16. Sosiologi termasuk ke dalam ilmu pengetahuan karena memenuhi syarat ilmu pengetahuan, syarat ilmu pengetahuan antara lain adalah rasional, objektif, sistematis, dan mengandung ilmu pengetahuan.
17. Definisi ilmiah masyarakat adalah sekelompok individu yang mampu:
a. Berdiri sendiri.
b. Memenuhi kebutuhan hidup sendiri.
c. Melanjutkan keturunan.
d. Menetap di suatu tempat.
e. Memiliki kepercayaan atau kebudayaan yang dianut.
f. Lebih sering bergaul dengan kalangan masyarakatnya sendiri.
18. Definisi sosiologi menurut para ahli:
a. J. A. A. Van Dorn dan C. J. Lamars: Ilmu yang mempelajari tentang struktur dan proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
b. William F.Ogburn dan Meyer F. Nimkhoff: Penelitian ilmiah mengenai proses dan struktur social.
c. Warren dan Roucek: Ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan manusia dengan kelompoknya.
d. Selo Sumardjan dan Soemardi: Ilmu yang mempelajari tentang proses, struktur dan perubahan social.
e. Charles Ellwood: Ilmu yang mempelajari manusia dengan golongannya, tujuan dengan asalnya, dan bentuk dengan kewajibannya.
f. Gustav Reizenhofer: Ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan kewajibannya untuk mengetahui dasar terjadinya evolusi social dan kemakmuran bagi golongannya.
g. Herbert Spencer: Mempelajari tentang tumbuh, bangun, dan kewajiban masyarakat.
h. Emile Durkheim: Ilmu yang mempelajari tentang fakta social. Fakta social adalah cara bertindak, berpikir, dan berperilaku yang berasal dari luar individu dan dapat mengendalikan individu.
i. Maximillian Webber: Ilmu yang mempelajari tentang tindakan social, yaitu tindakan yang mempengaruhi orang lain.
j. Ptomirin A. Sorokin: Ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik gejala social.
k. Soerjono Soekanto: Ilmu yang mempelajari masyarakat secara keseluruhan dan manusia dalam masyarakat itu.
l. Mayor Polak: Ilmu yang mempelajari masyarakat secara keseluruhan dan manusia dalam masyarakat baik individu-individu, individu-kelompok, kelompok-kelompok, baik formal-informal, dan statis-dinamis.
m. Hasan Shadily: Ilmu yang mempelajari tentang hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki proses terjadinya ikatan antar masyarakat tersebut.
19. Objek sosiologi adalah masyarakat.
20. Sejarah sosiologi:
a. Dunia: Terjadi beberapa kejadian penting, di antaranya Revolusi Perancis, Revolusi Industri, Ilmu pengetahuan berkembang, Martin Luther, dll. Seorang Perancis, Auguste Comte membuat suatu buku berjudul Cour’s de Philosophy Positive yang menjelaskan masyarakat secara ilmiah, dia dikenal sebagai bapak sosiologi dunia.
b. Indonesia: Soenario Koeloepaking mengajar sosiologi pertama di UGM, kemudian Djody Gondohadikusumo menulis buku Sosiologi Indonesia merintis lahirnya sosiolog2 di Indonesia.
21. Pokok bahasan sosiologi menurut para ahli:
a. Emile Durkheim: Fakta social, contohnya peraturan.
b. Maximillian Webber: Tindakan social.
c. Peter F. Berger: Realitas social.
d. Wright Mills: Khayalan sosiologis.
22. Beberapa ide mendasar mengenai sosiologi adalah masyarakan dan social setting lainnya adalah hasil karya manusia dan masyarakat membentuk perilaku individu
23. Kedudukan sosiologi dengan ilmu lain:
a. Sosiologi dan ilmu politik: Sosiologi melakukan kompetisi untuk mencapai kekuasaan.
b. Sosiologi dan ilmu ekonomi:Pengangguran dan kemiskinan harus diselesaikan dengan memandang aspek social.
c. Sosiologi dan sejarah: Sosiologi memandang peristiwa perubahan social dalam kehidupan bermasyarakat.
d. Sosiologi dan antropologi: hampir sama, menurut Koentjaraningrat perbedaannya pada metodenya.
e. Sosiologi dan ilmu pasti: berfungsi dalam penyusunan data statistik.
24. Macam-macam kebutuhan hidup manusia berdasarkan sosiologi:
a. Kebutuhan primer: Menyangkut manusia sebagai makhluk biologis yang harus memenuhi kebutuhan agar tetap bertahan hidup, seperti bernafas, makan, istirahat, dll.
b. Kebutuhan sekunder: Menyangkut manusia sebagai Zoon Politicon (Aristoteles, lawannya adalah Homo Homini Lupus) manusia sebagai makhluk social berinteraksi dengan orang lain. Contoh: Belajar di kelas.
c. Kebutuhan integrative: Yang hanya dimiliki manusia, seperti prinsip hidup, benar dan salah, pendirian, eksistensi atau keberadaan.
25. Ciri-ciri sosiologi:
a. Sosiologi adalah rumpun ilmu social.
b. Sosiologi adalah ilmu kategoris, artinya membatasi diri terhadap sesuatu yang terjadi.
c. Sosiologi adalah ilmu abstrak.
d. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan murni.
e. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan rasional, yang dibuktikan dengan metode tertentu.
f. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan umum bukan khusus.
g. Sosiologi bertujuan menghasilkan pola dan teori tertentu.
26. Sifat dan hakikat sosiologi sebagai ilmu:
a. Sosiologi bersifat empiris: Berdasarkan pada kenyataan social, tidak spekulatif.
b. Sosiologi bersifat teoritis: Mengadakan penelitian/observasi dan menarik kesimpulan untuk menghasilkan teori baru.
c. Sosiologi bersifat kumulatif: Berdasarkan pada teori yang ada.
d. Sosiologi bersifat non-etis: Tidak menilai berdasarkan baik-buruk, tetapi berdasarkan analisa dan apa adanya.
27. Kegunaan sosiologi:
a. Untuk perencanaan social: Merencanakan kehidupan masyarakat di masa depan dan mengurangi factor penghambatnya.
b. Untuk pembangunan.
c. Menghasilkan teori: Memandang sosiologi bersifat empiris.
d. Menyelesaikan masalah social:
i. Biologis: Penyakit menyebar.
ii. Ekonomis: Pengangguran dan kemiskinan.
iii. Psikis: Gangguan syaraf yang mempengaruhi kehidupan bermasrayarakat, bunuh diri, dll.
iv. Kebudayaan: Konflik antar etnis, dan lainnya.
28. Peran sosiolog:
a. Sosiolog sebagai ahli riset: Mengumpulkan dan mengolah data.
b. Sosiolog sebagai konsultan kebijakan: Ramalan sosiolog dapat dijadikan pedoman membuat kebijakan masyarakat.
c. Sosiolog sebagai teknisi: Merancang dan melaksanakan kegiatan masyarakat. Contoh: Hubungan antar masyarakat.
d. Sosiolog sebagai guru: bersifat netral dan objektif.
29. Konsep realita social: Kenyataan social yang ada dalam kehidupan bermasyarakat, terdiri dari status, peranan, interaksi, penyimpangan, pengendalian, dll. social.
30. Kebudayaan:
a. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia untuk menyempurnakan hidupnya.
b. Manusia diberikan karunia dari Allah berupa Thinking (Cipta), Feeling (Rasa), dan Drive (Dorongan kehendak/karsa).
c. Wujud kebudayaan adalah material dan immaterial yaitu cipta dan rasa.
d. Tujuh system kebudayaan:
i. Sistem mata pencaharian hidup.
ii. Sistem peralatan hidup.
iii. Sistem organisasi social.
iv. Sistem kekerabatan.
v. Sistem kesenian.
vi. Sistem keagamaan.
vii. Sistem bahasa.
31. Status social: Kedudukan individu dalam masyarakat, terbagi menjadi:
a. Ascribed status: Didapatkan langsung (ayah, ibu, anak, suami, istri, dll.)
b. Achieved status: Melalui usaha (sarjana, guru, ketua organisasi, narapidana, dll.)
c. Assigned status: Diberikan orang lain (ketua kelas, menteri, presiden, pengurus kelas, dll.)
32. Status itu tidak terlihat, yang terlihat adalah kumpulan hak dan kewajiban dalam status itu yang disebut peranan social.
33. Interaksi social adalah hubungan timbal balik antara individu-individu, individu-kelompok, atau kelompok-kelompok dalam bermasyarakat dan bersifat dinamis.
34. Interaksi social terjadi jika:
a. Ada 2 orang atau lebih.
b. Ada kontak social:
i. Kontak primer: Bertemu langsung.
ii. Kontak sekunder: Tidak bertemu langsung, terbagi jadi:
1. Sekunder langsung: Tanpa pihak ke tiga, contoh sms dan surat.
2. Sekunder tidak langsung: Dengan menitipkan pesan ke pihak ke tiga.
c. Ada tujuan.
d. Dimensi ruang dan waktu.
35. Komunikasi, perangkat2nya:
a. Komunikator: Yang memberikan pesan.
b. Pesan.
c. Media: Alat untuk menyampaikan pesan.
d. Komunikan: Penerima pesan.
36. Faktor-faktor pendorong interaksi social:
a. Imitasi: Mengikuti seseorang, namun tidak begitu berpengaruh kepada individu yang meniru, tidak menjadi idealitas bagi penirunya, hanya sekedar meniru gaya bicara, gaya hidup, dan hal-hal lainnya, contoh: Seorang anak yang mengikuti gerakan ayahnya menyetir mobil.
b. Sugesti: Pemberian pengaruh oleh komunikator, yang diterima oleh komunikan dengan apa adanya tanpa adanya gugatan kritis, hal ini terjadi karena:
i. Faktor pemberi pengaruh:
1. Orang karismatik.
2. Berkedudukan tinggi.
3. Mayoritas.
4. Iklan atau reklame.
ii. Faktor penerima pengaruh:
1. Tidak kritis.
2. Pemikiran disosiasi atau terpecah-pecah.
3. Ragu-ragu berpendapat dan pendapat searah.
c. Identifikasi: Keinginan untuk mengikuti sosok yang dianggap idealitas yang disebut sebagai idola, hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku dan dalam pola hidup, bahkan dapat membentuk sosok seseorang di masa depan dengan meniru sosok yang ideal.
d. Motivasi: Pemberian pengaruh berupa dorongan untuk melakukan sesuatu. Ada motivasi dari dalam diri dan motivasi dari luar. Lebih penting motivasi dari dalam diri.
e. Simpati: Menyukai orang lain, dalam hal ini juga menerima orang lain apa adanya, dan percaya dalam kekerabatan, ikut merasakan apa yang dia rasakan.
f. Empati: Simpati yang mendalam, membuat seseorang ikut merasakan sesuatu yang dirasakan orang lain, hingga sangat menghayati bahkan apabila menangis ikut menangis pula.
37. Interaksi social dalam masyarakat:
a. Proses Asosiatif (Proses yang damai dan mendukung satu sama lain):
i. Kerja sama (Cooperation): Ketika ingin tujuan yang sama.
ii. Akomodasi.
b. Proses Disosiatif (Proses yang saling mengalahkan):
i. Competition: Ketika tujuan sama namun terbatas.
ii. Kontravensi: Competition tidak sehat.
iii. Konflik: Terjadi karena persaingan tidak sehat, sehingga antar pihak saling menjatuhkan.
38. Tindakan social: sikap atau perilaku yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh orang lain atau kelompok lain.
39. Tindakan social terdiri dari:
a. Tindakan social rasional instrumental: Tindakan social yang paling dominan, dengan menggunakan akal pikiran dan mempertimbangkan tujuan yang hendak dicapai. Contoh: Amir memakan bakso, Ani membeli kebutuhan di supermarket.
b. Tindakan social rasional berorientasi nilai: Tindakan rasional yang mementingkan proses atau cara untuk mencapai tujuan. Yang paling dominan adalah nilai Agama (Religius).
c. Tindakan tradisional: Tindakan yang telah menjadi kebiasaan dan dilakukan terus-menerus sesuai tradisi. Contoh: Berpamitan ketika ingin pergi, mengucapkan salam atau bertegur sapa saat kita bertemu, dll.
d. Tindakan Afektif: Tindakan yang didominasi oleh emosi yang berlebihan dan tidak menggunakan akal sehat. Contoh: Amir menangis karena kerabatnya meninggal dunia, Budi marah meluap-luap karena kesal akan perbuatan adiknya. Menangis karena terluka bukan tindakan afektif.
40. Interaksi social: Kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respon antar individu, antar kelompok, atau antar individu dan kelompok.
41. Ciri-ciri terjadinya interaksi social:
a. Adanya komunikasi antara 2 orang atau lebih.
b. Penyampaian dengan melakukan lambang atau symbol tertentu.
c. Memiliki dimensi waktu baik masa lalu, masa kini, dan masa yang akan mendatang.
d. Memiliki tujuan tertentu yang ingin tercapai.
42. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi social:
a. Imitasi: Keinginan mengikuti orang lain di perilaku luarnya. Contohnya interaksi antara kakak dengan adiknya.
b. Sugesti: Pendapat, syarat, pandangan, atau sikap/ perilaku yang diterima tanpa ada kritik. Contoh: Seorang Ibu mengucapkan “hati-hati ya nak” ketika anaknya berpamitan, dokter memeriksa pasiennya.
i. Faktor pemberi pengaruh:
1. Orang karismatik.
2. Berkedudukan tinggi.
3. Mayoritas.
4. Iklan atau reklame.
ii. Faktor penerima pengaruh:
1. Tidak kritis.
2. Pemikiran disosiasi atau terpecah-pecah.
3. Ragu-ragu berpendapat dan pendapat searah.
c. Identifikasi: Keinginan menjadi sama seperti sosok ideal (idola)-nya. Biasanya yang ditiru tidak hanya perilaku luarnya saja.
d. Simpati: Suatu keadaan di mana dapat menerima keberadaan pihak lain apa adanya. Contoh: Menerima si A sebagai teman dengan apa adanya walaupun dia memiliki kekurangan.
e. Antipati: Lawan dari simpati, keadaan di mana tidak dapat menerima keberadaan pihak lain apa adanya.
f. Empati: Simpati mendalam yang mempengaruhi psikis (kejiwaan) dan fisik seseorang. Contoh: Ani ikut sedih ketika mendengar kerabat Amir meninggal dunia, berbelas kasih kepada fakir miskin, ikut berduka ketika salah satu daerah terkena bencana, dll.
43. Syarat-syarat terjadinya interaksi social di antaranya:
a. Kontak social: berasal dari bahasa latin “con” artinya bersama-sama dan “tangere” artinya menyentuh, maka artinya bersama-sama menyentuh. Syarat-syarat terbentuknya kontak social:
i. Kontak social primer: Langsung bertemu dalam melakukan kontak.
ii. Kontak social sekunder: Kontak dilakukan dengan melalui media perantara, terbagi menjadi:
1. Kontak sekunder langsung: tanpa melalui pihak ketiga, contohnya adakah short message, e-mail, memo yang ditujukan langsung ke orangnya, dll.
2. Kontak sekunder tidak langsung: Dengan melalui perantara pihak ketiga.
b. Komunikasi: Proses penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak lain untuk tercapainya tujuan bersama atau pengertian bersama.
i. Aspek komunikasi:
1. Komunikator: Yang menyampaikan atau memberikan pesan.
2. Pesan: Gagasan atau hal yang ingin disampaikan berupa kata, kalimat, atau symbol.
3. Media: Bagaimana pesan tersebut disampaikan.
4. Komunikan: Pihak yang menerima pesan.
5. Efek: Apa yang terjadi setelah pesan diterima.
ii. Proses komunikasi:
1. Encoding: Gagasan atau program yang akan disampaikan berupa kalimat atau gambar.
2. Penyampaian: Penyampaian pesan tersebut kepada komunikan.
3. Decoding: Memahami gagasan atau program yang disampaikan tadi.
44. Menurut John Phillip Gillin dan John Lewis Gillin, interaksi social terbagi menjadi 2 bentuk:
a. Asosiatif:
i. Akomodasi: Proses penyelesaian pertentangan tanpa menjatuhkan pihak lawan, sehingga pihak tersebut tidak kehilangan pribadinya (menghasilkan kerja sama baru). Contoh:
1. Koersi: Akomodasi dengan pemaksaan, contoh: Penjajahan dan perbudakan.
2. Kompromi: Kedua pihak mengurangi tuntutannya. Contoh: Perjanjian antar Negara tentang batas perairannya.
3. Arbitrasi: Proses akomodasi dengan melibatkan pihak ketiga yang lebih tinggi. Contoh: Penetapan upah minimum oleh pemerintah untuk mengatasi pertentangan antara pegawai dengan perusahaan.
4. Mediasi: Proses akomodasi melibatkan pihak ketiga yang netral.
5. Konsiliasi: Usaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai untuk mencapai persetujuan bersama. Contoh: Usaha Indonesia dalam mengatasi masalah kamboja.
6. Stalemate: Kedua pihak yang bertikai sama kuat, sehingga menghentikan pertikaian. Contohnya: Perang dingin antara USA dan USSR.
7. Toleransi: Bersifat informal dan menyangkut salah satu cirri manusia, di mana kedua pihak yang berpotensi untuk bertentangan mengurangi kepentingannya dan menghargai kepentingan lawannya. Contohnya: Umat non Muslim ketika Ramadhan tidak makan di sembarang tempat.
8. Segresi atau Segregasi: Pihak-pihak yang bertikai saling menjauhi untuk menghindari pertikaian.
9. Ajudikasi: Penyelesaian pertentangan melalui pengadilan.
10. Subjugation atau Domination: Pihak yang kuat mempengaruhi pihak yang lemah. Contoh: salah satu partai ketika zaman orde baru.
11. Elimination: Salah satu pihak mundur atau mengalah.
12. Keputusan Mayoritas: Keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak, melalui voting.
13. Minority consent: Golongan minoritas yang tidak merasa kalah melakukan kegiatan.
14. Konversi: Salah satu pihak mengalah dan menerima pendirian pihak lawan.
15. Gencatan senjata: Menghentikan pertentangan untuk menuju perundingan.
ii. Cooperation/ kerja sama: Kegiatan bersama untuk memperoleh tujuan bersama.
1. Menurut Charles H. Cooley kerja sama dilakukan ketika terjadi kesadaran bahwa ada kepentingan yang sama.
2. Kerja sama berdasarkan sosiologi ada:
a. Kerja sama spontan: Kerja sama yang dilakukan tanpa bertanya, serta merta. Contohnya: Menolong korban yang sakit di dekat kita, dll.
b. Kerja sama langsung: Hubungan kerja sama antara atasan dengan bawahan.
c. Kerja sama kontrak: Kerja sama dengan ketentuan dan dasar tertentu.
d. Kerja sama tradisional: Kerja sama sebagai satu bagian dari antarunsure dalam suatu system social.
3. Kerja sama berdasarkan pelaksanaannya:
a. Kerukunan: Gotong royong dan tolong menolong dalam bermasyarakat.
b. Bargaining: Perjanjian kerja sama dalam jual dan beli barang atau jasa.
c. Kooptasi: Suatu proses penerimaan unsure-unsur baru.
d. Koalisi: Kombinasi atau kerja sama dalam pemerintahan untuk mencapai tujuan tertentu.
e. Joint venture: Kerja sama membangun suatu proyek (bagi hasil).
iii. Asimilasi: Pembaruan 2 unsur budaya yang berbeda dan menghasilkan kebudayaan baru. Diumpakan: Segi empat merah + Segitiga biru = Lingkaran ungu.
iv. Akulturasi: Perpaduan 2 unsur budaya yang berbeda, yang menghasilkan budaya baru, tanpa menghilangkan kebudayaan lamanya. Diumpakan: Segi empat merah + Segitiga biru = Segi empat merah, Segitiga Biru.
b. Disosiatif:
i. Persaingan atau Competition: Kedua pihak memiliki tujuan yang sama namun jumlahnya terbatas.
ii. Kontravensi: Persaingan yang tidak sehat.
iii. Pertentangan atau Konflik: Saling menjatuhkan antar pihak satu dan lainnya.
iv. Penetrasi: Pertemuan 2 unsur budaya yang berbeda, salah satu unsure budaya diterima, dan unsure yang lain dihancurkan.
1. Nama-nama penetrasi:
a. Penetration of violent: Penetrasi yang menghancurkan budaya asli. Contoh: Kolonialisme Belanda di Indonesia.
b. Penetration of Pacific: Penetrasi yang bersifat akulturasi. Contoh: Kolonialisme Jepang, dan negara2 di Pasifik.
2. Kolonialisme (cara menjajah) didasarkan oleh faham menjajah yang disebut imperialisme. Ciri-ciri dari penjajahan adalah:
a. Berkuasa secara politik, merebut kekuasaan dengan cara perang.
b. Mengeksploitasi ekonomi, mengambil seluruh kekayaan alam untuk Negara koloni-nya.
c. Penetrasi budaya.
45. Menurut Hall dalam bukunya “The Hidden Dimension” aturan mengenai jarak interaksi adalah:
a. Jarak intim (0-45 cm): Terjadi pada hubungan kerabat dekat atau keluarga, bisa berupa sentuhan.
b. Jarak pribadi (45 cm – 1,22 m): Terjadi pada hubungan antara kawan atau sahabat yang telah saling mengenal.
c. Jarak social (1,22 m – 3,66 m): Terjadi pada hubungan antara atasan dan bawahan, antara orang yang belum saling mengenal dekat.
d. Jarak publik (> 3,66 m): Jarak ketika seseorang sedang berorasi atau berpidato.
46. Status social: Kedudukan seseorang di dalam kelompok masyarakat. Status social terbagi menjadi 3 berdasarkan cara memperolehnya:
a. Ascribed status: Status social yang didapatkan dengan sendirinya. Contoh: Ayah, Ibu, suami, istri, anak, kakak, adik, nenek, kakek, sepupu, paman, bibi, dll.
b. Achieved status: Status social yang diraih dengan usaha keras terlebih dahulu. Contoh: Polisi, mahasiswa, dokter, doctor, guru, magister, pemulung, dll.
c. Assigned status: Status social yang diraih dengan ditunjuk oleh orang lain. Contoh: Ketua kelas, OSIS, organisasi lainnya; presiden; menteri; dll.
47. Berdasarkan sosiologi ada 2 kelompok pekerja:
a. White collar: Golongan kerah putih, mengutamakan keahlian (skill) dibandingkan fisik dan didambakan oleh setiap orang.
b. Blue collar: Golongan kerah biru, tidak mengutamakan skill dan tidak butuh pendidikan cukup dengan menggunakan fisik saja.
48. Status social di dalam keseharian tidak terlihat secara konkret, yang terlihat adalah peranan social yaitu suatu tindakan atau perilaku seseorang yang diharapkan masyarakat sesuai dengan status sosialnya.
49. Status social dapat dilihat dari “status symbolnya” contohnya uniform, seragam, rompi, dll. Status symbol yang telah dibanggakan, akan menjadi lambang prestise atau lambang gengsi disebut Prestise Symbol.
50. Peranan social merupakan aspek dinamik dari status social tersebut.
51. Jenis2 kerja sama dsb adalah …
Pada pokok bahasan sosiologi menurut para ahli tidak dijelaskan secara mendetail lagi seprti di bawah,
BalasHapusa. Emile Durkheim: Fakta social, contohnya peraturan.
b. Maximillian Webber: Tindakan social.
c. Peter F. Berger: Realitas social.
d. Wright Mills: Khayalan sosiologis.
artikel menarik untuk dibaca, merupakan informasi yang bagus bagi para siswa SMA kelas X. tapi lebih menarik lagi jika dilengkapi dengan materi dari semester dua misalnya tentang SOSIALISASI atau STRATIFIKASI SOSIAL dsb, sehingga akan mencakup materi lebih luas lagi....
BalasHapusterimakasih
Artike anda bagus sekali, untuk pemula yang ingin tahu tentang sosiologi sangat dianjurkan untuk membaca artikel anda. Gomawo..... ^^\/
BalasHapusArtikelnya sudah bagus dengan memuat banyak sekali paparan mengenai materi sosiologi kelas X, namun menurut saya tulisan dalam artikel perlu diedit lagi agar terlihat lebih rapi kemudian perlu adanya penjelasan untuk beberapa point-point yang dipaparkan seperti dalam pokok bahasan dari bebrapa ahli semisal,
BalasHapusa. Emile Durkheim: Fakta social, contohnya peraturan.
b. Maximillian Webber: Tindakan social.
c. Peter F. Berger: Realitas social.
d. Wright Mills: Khayalan sosiologis.
terimakasih
artikel anda sangat membantu peserta didik
BalasHapusArtielnya bagus untuk sumber belajar tapi harusnya diedit terlebih dahulu supaya tampilannya juga menarik..
BalasHapus